RANTAI MAKANAN DAN
JARING-JARING MAKANAN
.
Rantai
Makanan
1. Pengertian
Secara etimologis, rantai makanan dapat diartikan sebagai
rangkaian yang tak terputus dari kegiatan makan-memakan. Menurut Kurniawan dkk,
rantai makanan merupakan alur dari organisme yang saling memakan (2008: 226).
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Rantai_makanan
menyebutkan bahwa rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan - herbivora - carnivora - omnivora).
Menurut Campbell dkk, a food
chain is the sequence of food transfer from tropic level to tropic level.
Rantai makanan diartikan sebagai urutan perpindahan makanan dari taraf trofi ke
taraf trofi lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa rantai makanan adalah
perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan
tertentu. Sedangkan menurut Prawirohartono (2004: 124), rantai makanan
adalah peristiwa memakan dan dimakan dengan urutan dan arah tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
rantai makanan adalah kegiatan makan-memakan antara organisme yang di
dalamnya terjadi perpindahan materi atau energi.
Baik dalam rantai makanan maupun jaring-jaring makanan, terdapat
beberapa istilah yang harus kita kita ketahui yakni :
a. Produsen
Merupakan kelompok pertama dari rantai makanan yang biasanya terdiri
atas tumbuh-tumbuhan hijau, yang mengkonversi sebagian energi dari matahari
(melalui fotosintesis) melalui molekul-molekul organik yang digunakan dan
disimpan dalam jaringannya. Pada ekosistem air, produsen utamanya adalah alga,
sering dalam bentuk uniseluler yang membentuk fitoplankton.
b. Konsumen
Merupakan hewan-hewan yang memakan tumbuhan hijau dan juga yang
memakan satu sama lain. Konsumen primer adalah herbivora yang memakan
tumbuh-tumbuhan produsen primer. Konsumen sekunder memakan konsumen primer, dan
diikuti oleh konsumen tersier, kuartener, dan seterusnya dalam rantai makanan.
c. Dekomposer
(pengurai)
Terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang
memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari
organisme itu ke rantai makanan.
Contohnya seekor rusa
yang mati di padang rumput mungkin akan digerogoti oleh spesiespesies pemakan
bangkai seperti burung bangkai dan gagak. Zat-zat yang tidak dimakan mengalami
penguraian oleh bakteri dan jamur, sehingga bagian-bagian bangkai yang tidak
dimakan oleh burung gagak, menjadi tersedia bagi organisme-organisme lain.
2. Mekanisme
Rantai Makanan
Pada rantai makanan terdapat tingkatan/urutan organisme. Tiap
tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme
pertama yang mampu menghasilkan zat makanan (autotrof) adalah tumbuhan
maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen.
Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan
tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan
pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, yang terdiri atas
hewan-hewan karnivora dan seterusnya sampai organisme mati
dan diurai oleh dekomposer. Hasil rombakan dari dekomposer dapat dipergunakan
kembali oleh organisme autotrof.
Berdasarkan jenis mata rantai pertamanya maka rantai makanan dapat
dibedakan atas dua yakni tipe rantai makanan perumput dan tipe makanan
detritus. Dua jenis rantai makanan ini bisa terdapat dalam satu populasi atau
beberapa populasi dalam suatu ekosistem.
a. Rantai makanan
perumput (grazing food chain)
Adalah rantai makanan
yang dimulai dari tumbuhan sebagai produsen.
b.
Rantai makanan detritus (detritus food chain)
Detrivitor adalah organisme yang memakan
partikel-partikel organik atau deutritus. Merupakan hancuran jaringan hewan dan
tumbuhan. Rantai makanan detritus adalah rantai makanan yang dimulai dari
detritus atau organisme pemakan sisa.
Adapun alur dari rantai
makanan detritus dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Contoh rantai makanan detritus.
Pada gambar diatas, diketahui bahwa detritus bisa berupa hancuran
jaringan hewan atau tumbuhan. Pada gambar (a), detritus berupa sisa jaringan
hewan dimakan oleh ulat lalu tikus, ular dan burung. Namun pada akhirnya, semua
organisme tersebut dapat menjadi detritus pula. Sedangkan pada gambar
(b), detritus berupa hancuran tumbuhan dimakan oleh kutu kayu yang selanjutnya
dimakan oleh burung.
B. Jaring-Jaring Makanan
1.
Pengertian
Pada uraian sebelumnya tentang rantai makanan, dijelaskan bahwa
setiap organisme seakan-akan hanya memakan atau dimakan oleh satu organisme
lain saja. Hal yang sebenarnya terjadi adalah dalam suatu ekosistem tidaklah
demikian. Tiap organisme mungkin memakan atau dimakan lebih dari satu organisme
dalam satu rantai makanan yang sama atau makan dari rantai makanan lain. Ini
biasanya terjadi pada hewan karnivora taraf trofi tinggi.
Dalam ekosistem rantai makanan–rantai makanan itu saling
berkaitan. Kebanyakan sejenis hewan memakan beragam, dan makhluk tersebut pada
gilirannya juga menyediakan makanan untuk berbagai makhluk yang memakannya,
maka terjadi yang dinamakan jaring – jaring makanan (food web). Jaring- jaring makanan merupakan rantai-rantai makanan
yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk
seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk
hidup tidak hanya memakan atau dimakan oleh satu jenis makhluk hidup lainnya.
Menurut Prawirohartono (2004: 126), dalam ekosistem terdapat
banyak rantai makanan yang saling bertautan sehingga membentuk suatu
jaring-jaring makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jaring-jaring makanan
adalah sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungaan.
Menurut Kurniawan dkk,
jaring-jaring makanan adalah bentukan dari banyak rantai makanan yang saling
berhubungan (2008: 226). Ekosistem yang terdiri atas banyak rantai makanan akan
membentuk jaring-jaring makanan.
Berdasarkan beberapa penjelasan
dan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa jaring-jaring makanan
adalah kumpulan antara berbagai rantai makanan yang saling berhubungan dalam
suatu ekosistem.
2. Mekanisme Jaring-Jaring Makanan
Untuk menjelaskan tentang mekanisme jaring-jaring
makanan dalam suatu ekosistem dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Contoh
jaring-jaring makanan
Pada jaring-jaring makanan tersebut terdapat beberapa rantai
makanan
di antaranya adalah sebagai berikut.
.
Padi → tikus → elang → pengurai
. Padi → tikus → musang → elang → pengurai
. Padi
→ burung → musang → elang → pengurai
. Padi → burung → elang → pengurai
Pada gambar terlihat bahwa semua aktivitas makan memakan diakhiri
oleh pengurai. Hal ini menunjukkan peran bakteri pengurai dalam ekosistem
sangatlah penting yang berfungsi menguraikan dan menghancurkan zat penyusun
tubuh menjadi hara yang selanjutnya zat hara ini kembali ke tanah. Dengan
demikian pengurai merupakan penghubung antara konsumen dan produsen. Dengan
adanya pengurai, akan menjamin ketersediaan zat hara sehingga kebutuhan
tumbuhan akan zat hara tetap terpenuhi.
Apabila tumbuhan hidup subur, berarti tumbuhan tersebut menjamin
ketersediaan makanan bagi herbivora. Meningkatnya herbivora menjamin ketersediaan
makanan bagi karnivora. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa antara
komponen dalam ekosistem yang satu dengan lainnya senantiasa berinteraksi dan
terjadi kesalingtergantungan.
.
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
. Rantai makanan adalah kegiatan
makan-memakan antara organisme yang di dalamnya terjadi perpindahan materi atau
energi
. Berdasarkan jenis mata rantai pertamanya, rantai makanan
dibedakan atas dua tipe yaitu rantai makanan perumput dan rantai makanan
detritus.
Jaring-jaring
makanan adalah kumpulan antara berbagai rantai makanan yang saling berhubungan
dalam suatu ekosistem.
Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi
dan kesalingtergantungan antar organisme guna kelangsungan hidupnya.
Piramida ekologi
adalah sebuah diagram yang
menunjukkan jumlah relatif dari energi atau bahan yang terkandung dalam setiap
tingkat trofik dalam rantai makanan atau jaring makanan. Piramida ekologi
dibedakan menjadi tiga macam.
1.
Piramida jumlah
Piramida jumlah dilukiskan dengan
jumlah individu yang membangunnya. Elton (1972) yang menemukan teori ini
mengatakan bahwa binatang yang menempati tingkat trofik yang lebih rendah,
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan binatang yang menempati tingkat trofik
yang lebih tinggi. Dasar piramida ini digambarkan oleh produsen yang sangat
banyak dan jumlah organisme menurun cepat sampai tinggal beberapa individu
karnivora puncak, perhatikan Gambar 9.5.
Gambar 9.5 Piramida jumlah dalam suatu taman Rumput
Organisme di tingkat trofik pertama
biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya
makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah
tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu
lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Karnivora tingkat 1 juga
selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah dibuat
berdasarkan jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
2.
Piramida Biomassa
Penggunaan piramida jumlah sering
menemui kesulitan, di antaranya jika kita membandingkan dua ekosistem yang
berbeda dengan menghitung berapa jumlah binatang dan tumbuhan yang mendukung
ekosistem itu? Kesulitan lain, terasa kurang informatif jika kita menyamakan ganggang
sebagai pohon (produsen) atau menyamakan gajah dengan udang-udangan
(herbivora). Untuk mengetahui kesulitan itu, maka sering digunakan piramida
biomassa. Biomassa adalah berat kering suatu organisme. Contoh piramida
biomassa dapat Anda lihat pada Gambar 9.6.
Gambar 9.6 (a)
Piramida biomassa di Silver Springs, Florida. Angka-angka merupakan bobot
kering bahan organik (per meter persegi). (b) Piramida terbalik biomassa dalam
suatu danau. Angka-angka merupakan miligram bahan organik kering (dalam satu
meter kubik air)
Untuk mengukur biomassa di tiap
tingkat trofik, maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur
kemudian jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan. Piramida biomassa
berfungsi untuk menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat
tertentu yang diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat, biasanya
hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa
dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih
akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
3.
Piramida Energi
Pada piramida ini akan terlihat
adanya penurunan energi yang tersedia untuk setiap tingkat trofik. Jumlah
energi sebagai persediaan terbesar adalah produsen dan lebih kecil pada
tingkat-tingkat trofik berikutnya. Cara paling teliti untuk mengetahui hubungan
antara organisme dari berbagai tingkat trofik adalah dengan piramida energi.
Hal ini disebabkan pada biomassa yang sama dari organisme yang berbeda belum tentu mempunyai
kandungan energi yang sama, perhatikan Gambar 9.7.
Gambar 9.7 Piramida
energi di Silver Springs, Florida. Angka merupakan hasil bersih pada setiap
tingkat trofik yang dinyatakan dalam kkal/m2/tahun. (Berdasarkan data yang
diperoleh Howard T. Odum).
Seringkali piramida biomassa tidak
selalu memberi informasi yang dibutuhkan untuk menggambarkan suatu ekosistem.
Oleh karena itu dibuat piramida energi berdasarkan observasi yang dilakukan
dalam waktu yang lebih lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling
akurat tentang aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi
penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik.
Berkurangnya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal
berikut.
1) Hanya sejumlah makanan tertentu
yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2) Beberapa makanan yang dimakan
tidak bisa dicerna dan dikeluarkan sebagai sampah.
3) Hanya sebagian makanan yang
dicerna menjadi bagian dari tubuh organisms, sedangkan sisanya digunakan
sebagai sumber energi.
Peran
Komponen Ekosistem dalam Aliran Energi
Di dalam suatu ekosistem, terjadi
interaksi antara komunitas dan komunitas lainnya serta lingkungan
abiotiknya. Interaksi ini dapat menyebabkan aliran energi melalui peristiwa
makan dan dimakan (predasi). Pada peristiwa aliran energi ini, komponen
ekosistem, khususnya komponen biotik, memiliki tiga peran dasar, yaitu sebagai
produsen, konsumen dan dekomposer. Menurut Campbell (1998: 1146), penyusun
utama produsen dalam suatu ekosistem, khususnya di daratan adalah tumbuhan.
Organisme ini mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari.
Peristiwa ini disebut fotosintesis. Produsen
merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau membuat
makanannya sendiri. Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu
organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi
kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain.
Komponen biotik yang terakhir, yaitu
dekomposer (pengurai). Dekomposer adalah organisme yang menguraikan sisa-sisa
organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana
ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat
makanannya. Proses tersebut akan berlangsung terus-menerus di dalam suatu
ekosistem. Adanya peran komponen biotik sebagai produsen, konsumen, dan
dekomposer menimbulkan aliran energi dari produsen, konsumen hingga ke
dekomposer. Proses aliran energi ini terjadi pada peristiwa rantai makanan.
Peristiwa perpindahan energi terjadi
melalui proses makan dan dimakan di dalam suatu rantai makanan. Peristiwa tersebut membentuk
struktur trofik. Struktur trofik terdiri atas tingkat-tingkat trofik. Setiap
tingkat trofik terdiri atas kumpulan berbagai organisme. Tingkat trofik pertama
ditempati oleh produsen atau organisme autotrof. Pada tingkat ini, produsen
ekosistem darat adalah tumbuhan, sedangkan pada ekosistem perairan adalah
ganggang dan fitoplankton. Tingkat trofik kedua ditempati oleh organisme
heterotrof atau konsumen. Konsumen adalah organisme yang bergantung kepada
organisme lain sebagai sumber makanannya. Konsumen pada tingkat trofik kedua
ini adalah herbivora. Konsumen juga terdiri atas tingkat trofik ketiga,
keempat, dan seterusnya. Aliran energi tidak hanya terjadi pada tingkatan yang
sederhana, yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada tingkatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar